Jumat, 20 Desember 2019 - 13:43 WIB , Editor: alb
Kodi Utara - Para petani merasa legah ketika musim hujan tiba dengan semangat gotong royong yang tinggi untuk menanam jagung maupun padi ladang mereka masing-masing.
Walapun curah hujannya sangat mengecewakan bagi masyarakat kodi karena perubahan iklim tropis yang melanda kekeringan masyarakat kodi dan Sumba pada umumnya di wilayah NTT. Dengan hal ini, petani pun tak kunjung menyerah tetap optimis dalam pengharapan menantikan turunnya hujan.
Musim tanam yang sebenarnya normal bagi masyarakat kodi dari tahun ketahun mulai dari bulan september sampai Oktober dan paling lambat bulan November
Namun pada tahun 2019 sekarang ini mengalami perubahan curah hujan sangat lambat dan bahkan mengakibatkan gagal panen kedepannya untuk tanaman padi karena sudah masuk pada akhir Desember baru memulai menanam padi
Apalagi masih sebagian besar masyarakat kodi belum tanam akibat curah hujannya lambat dan belum serentak normal dirasakan oleh masyarakat kodi pada umumnya turunnya hujan tutur Aloysius Gheda kaka ketika di temui di area perkebunan miliknya.
Menurut Aloysius sebagai salah satu pengusaha muda sukses di desa Kori yang menekuni dua bidang yaitu bidang petanian dan penjualan barang-barang toko.
Menurutnya ia memilih menjadi petani modern karena penghasilan di jagung lumayan besar sekitar 50 an juta satu kali panen selama dua kali panen dalam setahun ketika fi rupiahkan dan selain jagung namun sekarang padi sawahnya suda tidak dapat panen karena sungainya telah mengalami kekeringan tuturnyan ketika media mengkonfirmasinya.
Lahan perkebunannya yang sementara ia kelola untuk tanaman jagung sekitar 11 kapling dengan masing-masing luasnya bervariasi yang berkisar pada satu hektar, setengah hektar dan satu setengah hektar sedangkan 7 kapling telah selesai ia tanam dan tinggal 4 kapling yang belum beres di tamam jagung tuturnya.
Menurutnya ia sangat mengharapkan perhatian pemerintah untuk mengaktifkan kembali persawahan dengan irigasi yang telah pemerintah buat pada tahun 2018 lalu agar kami petani yang memiliki lahar garapan di wilayah persawahan bisa kami manfaatkan kembali wilayah persawahan yang kering. (Lambert)
(NTT/alb)
Sumber : https://tribunterkini.com/