Sabtu, 21 September 2019 - 06:58 WIB , Editor: alb,
Muba - Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) merupakan salah satu Kabupaten penghasil kelapa sawit terbesar di Sumatera Selatan. Pada tahun 2018 luas perkebunan kelapa sawit capai 478 ribu hektar dengan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 8 juta ton lebih atau CPO 1.8 juta ton. Komposisi kepemilikan kebun kelapa sawit masih di dominasi perusahaan sebesar 61%, sisanya dimiliki rakyat.
Produktifitas kelapa sawit di Muba masih tergolong rendah yaitu 10 ton TBS/HA/Tahun, jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 16 ton/hektar/tahun. Rendahnya produktifitas dari kelapa sawit Muba menjadi perhatian serius Pemkab Muba karena sangat terkait dengan kesejahteraan petani, peningkatan potensi produksi persatuan luas dan mengurangi akses pembukaan lahan baru untuk menaikkan produksi.
Demikian disampaikan Bupati Muba H Dodi Reza Alex Noerdin melalui Kepala Dinas Bappeda Kabupaten Muba, Ir Zulfakar MSi pada saat membuka acara Workshop Mendorong Praktek Perkebunan yang berkelanjutan di Kabupaten Muba, bertempat di Room Metting Hotel Ranggonang Sekayu, Jum'at (20/9/2019).
Dikatakannya Langkah strategis diambil Pemkab Muba untuk mendorong keberlanjutan industri kelapa sawit di Muba antara lain, program peremajaan (replanting) kelapa sawit rakyat pada tahun 2017 yang pertama di Indonesia, dan diresmikan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo.
Sekarang Replanting sawit rakyat hingga 52 hektar sampai tahun 2022, yang berdampak terhadap 26 ribu rumah tangga petani. Kemudian hilirisasi produk kelapa sawit menjadi biofuel menggunakan teknologi biohydrocarbon. Dan membangun kawasan industri hijau dengan fokus pada hilirisasi kelapa sawit dan karet, power plant berbahan gas alam. Kawasan ini akan dibangun di Kecamatan Bayung Lencir.
"Selain itu juga pembentukan pusat unggulan komoditi lestari dengan fokus pada karet dan kelapa sawit. Pusat unggulan tersebut diharapkan akan mendorong peningkatan produksi, pengolahan dan pemasaran dari komoditas dengan bertumpu pada penerapan platform good agricultural practices (GAP) dan verified sourching area (VSA),"bebernya.
Lanjutnya, "saya mengajak marilah kita sikapi dengan serius permasalahan yang dihadapi sektor perkebunan dengan mencari jalan keluar terbaik, seperti rencana pembentukan pusat unggulan komoditi berkelanjutan, tingkatkan kolaborasi yang kuat antara pemangku kepentingan dan jadikan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan utama kita,"ujar Zulfakar.
Sementara itu Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Muba, Drs Iskandar Sriyanto juga menyampaikan masukan strategis dari para pemangku kepentingan yaitu, memberikan update terkait dengan inisiatif yang dilakukan oleh Rainforest Alliance untuk mendorong praktek perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan di Kecamatan Lalan Kabupaten Muba.
"Kemudian mempertemukan pemangku kepentingan untuk mengetahui apa dan bagaimana masalah yang dihadapi oleh masing-masing pihak (pemerintah, petani, pelaku usaha dan NGO) dan mendiskusikan solusi atas masalah tersebut,"ucapnya.
Adapun Pembicara yang didatangkan yaitu dari Forum Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), dan turut dihadiri Manager Palm Oil Rain Forest Indonesia selaku Ketua Pelaksana Kegiatan, anggota Pokja Pembangunan Hijau, perwakilan ZSL Indonesia, PT Musimas dan Perwakilan Kelompok Tani Kelapa Sawit Kecamatan Lalan. (rilis/M Syaukar)
(Muba/alb)